Sejarah Singkat Metrologi Industri
Sejarah Singkat Metrologi
Meskipun standarisasi berat dan panjang telah menjadi tujuan kemajuan sosial dan ekonomi sejak zaman dahulu, namun baru pada abad ke-18 terdapat suatu kesatuan sistem dari pengukuran. Sistem satuan berat dan panjang pada awalnya didasarkan pada morfologi manusia. Nama-nama satuan merupakan bagian tubuh: inci atau pouce, tangan, kaki, dan yard atau satu hasta berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Kekurangannya, unit-unit pengukuran ini tidak tetap; mereka bervariasi dari satu kota ke kota lain, dari satu pekerjaan ke yang lain, dan pada jenis objek yang akan diukur.
Ketidakseragaman standar pengukuran adalah sumber kesalahan dan potensi kecurangan dalam transaksi komersial dan sosial, menjadi penghambat perdagangan internasional dan mencegah perkembangan ilmu pengetahuan secara internasional. Dengan perluasan industri dan perdagangan, ada kebutuhan yang meningkat untuk harmonisasi berat dan panjang antar negara. Politisi dan ilmuwan telah berupaya mencari jalan keluar dengan mengadopsi standar pengukuran (panjang atau berat ) dibandingkan dengan standar (étalon) diambil dari


Sumber : Biro International des Poids et Mesures (BIPM)/metroloko.blogspot.com
Metrologi Industri
Metrologi (ilmu pengukuran) adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran, kalibrasi dan akurasi di bidang industri, ilmu pengetahuan dan teknologi. Metrologi mencakup tiga hal utama:- Penetapan definisi satuan-satuan ukuran yang diterima secara internasional (misalnya meter)
- Perwujudan satuan-satuan ukuran berdasarkan metode ilmiah (misalnya perwujudan nilai meter menggunakan sinar laser)
- Penetapan rantai ketertelusuran dengan menentukan dan merekam nilai dan akurasi suatu pengukuran dan menyebarluaskan pengetahuan itu (misalnya hubungan antara nilai ukur suatu mikrometer ulir di bengkel dan standar panjang di laboratorium standar)
- Metrologi Ilmiah: berhubungan dengan pengaturan dan pengembangan standar-standar pengukuran dan pemeliharaannya.
- Metrologi Industri: bertujuan untuk memastikan bahwa sistem pengukuran dan alat-alat ukur di industri berfungsi dengan akurasi yang memadai, baik dalam proses persiapan, produksi, maupun pengujiannya.
- Metrologi Legal: berkaitan dengan pengukuran yang berdampak pada transaksi ekonomi, kesehatan, dan keselamatan.
Metrologi Ilmiah dibagi oleh BIPM (Bereau International des Poids et Measures), Biro Internasional Timbangan dan Takaran menjadi 9 bidang teknis:
- massa dan besaran terkait
- kelistrikan
- panjang
- waktu dan frekuensi
- suhu
- radiasi pengion dan radioaktivitas
- fotometri dan radiometri
- akustik
- jumlah zat
Metrologi Industri di Indonesia

Semua SNSU yang diperlihara dan disediakan oleh Puslit KIM–LIPI
merupakan standar tertinggi di Indonesia untuk pengukuran fisika seperti
panjang, waktu, massa dan besaran terkait, kelistrikan, suhu,
radiometri dan fotometri, serta akustik dan getaran. Puslit KIM–LIPI
tidak memiliki standar acuan atau Certified Reference Material
(CRM) untuk pengukuran kimia dan tidak memelihara SNSU untuk pengukuran
dalam bidang radiasi nuklir karena kedua bidang pengukuran ini tidak
termasuk dalam lingkup kompetensinya.
Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi (Puslit
KIM–LIPI) merupakan NMI untuk pengukuran fisika di Indonesia. Tugas dari
NMI adalah mendiseminasikan kemamputelusuran pengukuran yang diakui
secara internasional kepada laboratorium kalibrasi terakreditasi,
produsen CRM terakreditasi, laboratorium rujukan terakreditasi,
penyelenggara uji profisiensi teregistrasi dan laboratorium penguji
terakreditasi. Dalam hal ini, Puslit KIM-LIPI selaku NMI
mendiseminasikan ketertelusuran pengukuran fisika kepada laboratorium
penguji melalui jaringan laboratorium kalibrasi terakreditasi. Dengan
demikian sistem ketertelusuran nasional di bidang pengukuran fisika
sudah terbangun.
Lain halnya untuk pengujian kimia, sistem ketertelusuran nasional di
bidang pengujian kimia belum terbangun, padahal lebih dari 70% pengujian
yang dilakukan di Indonesia adalah pengujian kimia. Hal ini menunjukkan
adanya ketimpangan yang serius dalam infrastruktur pengujian kimia.
Terdapat beberapa pengecualian misalnya PPOMN dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) sudah sejak tahun 1990 berperan sebagai laboratorium rujukan
tingkat nasional dan produsen CRM di bidang pengujian obat dan makanan.
Selain itu, Balai Besar Pengolahan dan Pengembangan Hasil Perikanan (BBP2HP)–Kementrian Kelautan dan Perikanan serta Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan
(PUSARPEDAL)-Kementrian Lingkungan Hidup juga berperan sebagai
laboratorium rujukan masing-masing untuk produk perikanan dan
lingkungan. Pusat Penelitian Kimia–LIPI baru memperoleh mandat sebagai
Pengelola Teknis Ilmiah Standar Nasional untuk Satuan Ukuran di bidang Metrologi Kimia pada tahun 2007, berdasarkan keputusan Kepala LIPI nomor 237/M/2007.
Pentingnya Metrologi

Lemahnya infrastruktur metrologi yang diakui internasional merupakan
akar penyebab hambatan teknis seperti diuraikan diatas, yang juga
berarti menghambat perkembangan ekonomi negara. Dalam hal ini
negara-negara berkembang merupakan kelompok yang paling dirugikan oleh
adanya TBT, termasuk diantaranya Indonesia. Dilain pihak, membanjirnya
produk manufacturing impor saat ini sudah mengancam kelangsungan hidup
sebagian industri dalam negeri. Hal ini terjadi karena SNI (Standar Nasional Indonesia)
untuk produk terkait belum tersedia, yang artinya infrastruktur
laboratorium pengujian untuk produk tersebut juga belum ada. SNI
diperlukan untuk menangkal/membatasi masuknya produk-produk non standar
berkualitas rendah yang merugikan konsumen, merusak pasaran dan
mematikan industri lokal.
Lembaga Metrologi Nasional, NMI yang kompeten sangat dibutuhkan
sebagai landasan terbentuknya infrastruktur metrologi nasional yang kuat
dan kokoh. Dengan adanya infrastruktur metrologi yang kuat dan kokoh,
maka masalah-masalah nasional yang bermuara dari tidak akuratnya data
hasil pengujian dapat diatasi. Selain itu, segala hambatan perdagangan
(TBT) dapat ditanggulangi sehingga akan meningkatkan perekonomian
nasional.
Sumber :
- www.wikipedia.org
- (Inggris) de Silva, GMS (2002). Basic Metrology for ISO 9000 Certification, Butterworth Heinemann ISBN 0-7506-5165-2
- (Indonesia) Drijarkara, A. P, Ghufron Z., (2005), Metrologi: Sebuah Pengantar, Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi (Puslit KIM–LIPI)
- (Inggris) Howarth, P., Fiona R. (2008), Metrology in Short 3rd Ed. EURAMET, UK
- (Inggris) Howarth, P., MetroTrade-Metrological Support for International Trade, NPL-EUROMET, http://www.metrotrade.dk/
- (Inggris) Kaarls, R. (2006), Metrology in Chemistry: Rapid Developments in The Global Metrological Infrastructure, the CIPM MRA and its economic and social impact”, Accred Qual Assur 11, PP. 162-171
- (Inggris) Kim, J.S. (2008), National Policy and Infrastructure in Korea, presented at APMP Workshop on Metrology in Chemistry for Industrial Competitiveness and High Quality of Life, Jakarta, 30-31 Oktober 2008
- (Inggris) Morris, Alan S. (2001), Measurement and Instrumentation Principles, Butterworth Heinemann, ISBN 0-7506-5081-8
- (Indonesia) Sumardi, Djulia K., (2010), Metrologi Kimia, Warta Kimia Analitik Nomor 18 Tahun XV, Pusat Penelitian Kimia-LIPI
- (Inggris) Quinn, T., J. Kovalevsky, (2005), The Development of Modern Metrology and Its Role Today, Phil Trans R Soc A 363 (2005) 2307-2327
Tidak ada komentar:
Posting Komentar